Minggu, 03 Maret 2013

Antara Mutu Madrasah Dengan Sekolah



Mutu Madrasah lebih rendah dibanding dengan mutu Sekolah, hal ini memang menjadi cambukan keras bagi madrasah terutama para pendidik dan akademisi yang berkecimpung dalam pendidikan berbasis madrasah/ pendidikan islam lainnya, menurut saya karena memang pola madrasah yang kurang memfokuskan pada aspek life skill (Keahlian) serta Sains (Ilmu Pengetahuan) terlebih madrasah selama ini dipandang hanya memiliki kemampuan dibidang agama islam sebagai contoh : bahasa arab, fiqih, akidah akhlak, hadist, ilmu qur’an , sejarah peradaban islam, madrasah lebih ahli dan menguasai hal tersebut hingga pandangan umum menyatakan bahwa madrasah belum memiliki perhatian terhadap aspek life skill dan sains, memang agak disayangkan mengapa hal ini terus saja dibandingkan dengan sekolah umum yang memang juara di bidang life skill dan sains apalagi dengan hadirnya sekolah menengah kejururan (SMK) yang sudah sangat terbuka untuk menjamin lulusannya siap kerja dan memiliki kualifikasi life skill dan sains yang mumpuni, setiap lulusannya dibekali keterampilan pada bidang tertentu yang memang sudah direncanakan lewat kurikulum yang mendukung, disisi lain sejak UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) lahir maka posisi madrasah pada saat ini mulai kuat dan memilki tempat yang sederajat dengan sekolah – sekolah yang lain.  Namun mutu madrasah tidak bisa dipandang hanya sebatas dibawah sekolah. Karena posisi madrasah merupakan sekolah yang khusus dan khas karena madrasah memiliki kurikulum yang sama dengan kurikulum sekolah dan dibedakan dengan aspek ilmu agama dan kurikulum dari kementrian agama dan madrasah mendapat kurikulum pengetahuan umum dari kementrian pendidikan nasional.
Madrasah yang menerapkan kurikulum yang berbeda yaitu kurikulum agama dan kurikulum umum ini memang masih memiliki banyak kelemahan, diantaranya : tidak seimbangnya prosentasi ilmu agama dan ilmu umum yaitu 70 % ilmu agama dan 30 % ilmu umum, hal ini menyebabkan lemahnya daya saing madrasah terhadap sekolah – sekolah umum, ilmu agama memang menjadi focus utama dan ciri khas sekolah madrasah, dimanapun madrasah yang ada diIndonesia pasti akan selalu unggul dalam bidang ilmu agama. Dan madrasah juga harus mampu menjawab tantangan dan perubahan zaman karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan bisa menjaga dan melestarikan identitas dan cirri khasnya sebagai lumbung ilmu pengetahuan agama dan tidak tertinggal oleh kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehinga dapat balance dengan perkembangan yang dihadapi diera sekarang, seperti yang ditawarkan sekolah – sekolah umum. Pada hakikatnya sekolah umum memang maju berkembang pesat apalagi dengan terus melakukan perkembangan dibidang penerapan ilmu pengetahuan dan life skill, sehingga murid dapat menghadapi dunia kerja dan memiliki daya saing untuk berkompetisi dengan lulusan sekolah lain.
Madrasah yang juga memiliki kultur dan budaya yang melekat yaitu suatu lembaga pendidikan yang bersifat keagamaan dan cirri khas islam ini mampu bertahan dan memiliki perkembangan yang sangat signifikan, hal ini yang membuat kita perlu tahu bahwa madrasah sudah memiliki kemajuan yang membanggakan, setiap lulusan madrasah dibekali keterampilan serta bekal ilmu agama yang cukup sehingga berguna bagi masa depan siswa kelak.
Berikut perbandingan kurikulum madrasah dan sekolah :

Kurikulum Madrasah : 
Pengetahuan Agama : 70 % Pengetahuan Umum : 30 %
Kurikulum Sekolah :
Pengetahuan Agama : 30 % Pengetahuan Umum : 70 % 










Perbandingan Prosentasi Madrasah dan Sekolah dalam Hal Kurikulum
 Berbeda dengan sekolah umum, madrasah yang pada umumnya kurang focus terhadap penanaman life skill, sains yang masih dibawah sekolah untuk itu perlu peningkatan mtu madrasah pada aspek – aspek yang lain. Menilik pada penyelenggaraan pendidikan terutama di madrasah, dapat terlihat bahwa kurikulum yang digunakan di madrasah lebih menitikberatkan pada content based curriculum sehingga penyajian mata pelajaran lebih diarahkan pada academic skill bukan pada “life skill” dan sedikit menyentuh non-konten seperti penumbuhan sikap ilmiah dan pengembangan keterampilan proses.  Bertolak dari hal itulah maka secara prinsip peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan pada masa yang akan datang harus lebih diarahkan pada competency based curriculum Seyogyanya di samping pembekalan keterampilan akademik yang berdimensi learning to know berupa penguasaan materi prasyarat untuk mengikuti pendidikan pada jenjang di atasnya, maka siswa perlu juga diberi keterampilan kehidupan (life skill) yang lebih banyak berdemensi pada learning to do, learning to be, dan learning to live together. (Delors, J, et al. 1996)  sehingga madrasah bisa mengejar ketertingaalannya dari sekolah,  yang intinya berupaya menyediakan “tool” untuk mempermudah penyesuaiannya terhadap dinamika kehidupan. Oleh karena itu maka profil lulusan secara prinsip diarahkan sebagai broad competency yang meliputi penguasaan konsep esensial, peningkatan keterampilan proses, penumbuhan sikap ilmiah, dan pengembangan keterampilan berfikir (thinking skill).
Aspek ilmu agama perlu di kembangkaan, dipertahankan dan menjadi daya tarik madrasah disamping aspek yang sebelumnya dipaparkan, pentingnya memajukan aspek ilmu agama memang madrasah sudah menjadi icon dalam kehidupan masyarakat betapa peran madrasah mengajaarkan nilai – nilai dan moral yang baik terhadap lulusannya, maka sangat jarang dijumpai lulusan atau anak yang menuntut ilmu di madrasah terlibat tawuran atau hal – hal negative, karena memang penanaman nilai yang difokuskan oleh madrasah memilki andil dan bagian untuk membentuk karakter serta watak dan kepribadian bangsa. Cakupan hal ini memang sangat jelas terlebih lagi icon dan persepsi yang melekat bahwa madrasah tempat menempa ilmu agama dan pilihan alternative dari maraknya sekolah bertaraf internasional SBI dan sintisan sekolah bertarah intrnasional.
Madrasah yang ideal hendaknya menjadi tempat di mana semua peserta didik dapat belajar dengan baik. Dengan kata lain, madrasah harus menjadi lembaga yang adil dengan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang sama (equality of opportunity) baik secara kualitas maupun kuantitas bagi setiap peserta didik. Madrasah diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam pembentukan intelektual, emosional dan spiritual anak. Madrasah seharusnya menjadi wadah pemupukan kecerdasan setiap siswa, dan di atas segalanya, menjamin agar setiap peserta didik mendapat kesempatan belajar yang sama dan layak.
Untuk mewujudkan madrasah ideal tersebut, setidaknya ada 3 karakter dasar madrasah yang perlu dikembangkan (Zayadi, 2004), yaitu: memiliki kultur madrasah yang kuat, kepemimpinan kolaboratif dan belajar kolektif serta membiasakan siswa menghadapi perubahan/ketidakpastian. Kultur merupakan jiwa madrasah yang memberi makna bagi setiap kegiatan dan menjadi jembatan antara aktivitas dan hasil yang dicapai. Kultur adalah keadaan yang mengantarkan siswa madrasah melebihi batas-batas kekurangan manusiawi manuju tingkatan kreativitas, seni dan intelektual yang tinggi Kultur juga merupakan kendaraan (vehicle) untuk mentransformasikan nilai-nilai pendidikan. Kultur tersebut adalah kultur belajar, yang mesti dibangun sejak awal agar semua komponen madrasah memiliki komitmen untuk memajukan madrasah.
Madrasah yang maju, mempunyai visi-misi yang jelas. Jelas bagi pimpinan, staf kantor, dewan guru dan komite madrasah serta siswa. Visi-misi ini merupakan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh pimpinan madrasah dibantu oleh pihak-pihak terkait. Untuk mewujudkan visi-misi madrasah perlu adanya pengaturun-pengaturan atau manajemen agar jalannya pendidikan di madrasah sesuai dengan yang dicita-citakan. Mulai dari manajemen administrasi kantor, sumber daya guru dan staf hingga pada manajemen siswa.
Madrasah memanajemen siswanya. Dari awal diterima, siswanya sudah diidentifikasi potensi, bakat, dan minatnya. Kemudian mereka dikelompok-kelompokkan sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. Ada yang dikelompokkan dalam kelas percepatan, pandai, sedang dan rendah. Semua pengelompokan ini memiliki kreteria yang jelas. Sehingga penanganan yang terkait dengan  pemberdayaan dan pengembangan potensi mereka bisa berjalan secara optimal.
Pengelompokan semacam ini sangat penting bagi  pihak madrasah, siswa dan orang tua. Bagi lembaga, pengelompokan itu memudahkan memberi pelayanan pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa. Membantu siswa mengembangkan bakat dan minatnya. Bagi siswa, ia akan lebih enak belajar karena disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologisnya. Siswa yang pandai tidak merasa dihambat oleh siswa yang lain karena ada siswa yang berkemampuan jauh lebih rendah. Atau sebaliknya, siswa yang kurang pintar jadi tidak nyaman belajar dengan temannya yang berkemampuan jauh lebih cerdas darinya. Bagi orang tua, pengaturan yang jelas semacan ini akan memberi masukan bagaimana kondisi anaknya. Dengan pengaturan yang sedemikian rupa itu, orang tua bisa menerima dan menghargai potensi, bakat dan minat anaknya. Sehingga tidak ada pemaksaan kehendak orang tua untuk menjadikan anaknya sesuai dengan selera dan cita-citanya. Sebab keinginan orang tua yang tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan dan psikologis anak, akan membahayakan pertumbuhan mental anaknya.
          Beberapa sarana dan prasarana yang bisa digunakan sebagai alat bantu pembelajaran antara lain buku, alat peraga, model, perpustakaan, dan laboratorium. Kelengkapan sarana ini sangat menentukan keberhasilan siswa belajar pada suatu madrasah. Oleh karena itu, madrasah yang mengharapkan kualitas siswanya unggul, maka kelengkapan yang menunjang keberhasilan pembelajaran di madrasah harus dipenuhi.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar